Taylor Swift

Rabu, 10 Oktober 2012

Lingkungan di era sekarang.(tulisan)


Lingkungan di era sekarang.

Kalau membicarakan tentang bermasyarakat, aku adalah orang yang tidak terlalu ikut campur tentang apa yang terjadi di masyarakat terutama di daerah tempat tinggalku. Tapi aku tetap tau apa saja yang sedang terjadi di dalam masyarakat sekitarku. Jujur, aku orang yang sangat lama sekali bersosialisasi di tempat baru. Entah itu tempat tinggal, sekolah, atau lainnya. Tapi sebenarnya aku adalah orang yang gampang sekali akrab jika memang sudah kenal di tambah orang itu pun merespon baik terhadapku.
Sebenarnya banyak alasan mengapa aku lebih memilih tidak bermasyarakat di daerahku, dulu aku orangnya suka berbaur tapi suatu kejadian yang membuat aku tidak suka bermasyarakat dengan orang-orang di daerahku kecuali memang hal itu penting dan layak untuk di bicarakan bersama-sama. Kejadian itu yang membuat aku sekarang seperti ini, entah hanya perasaanku atau apa, masyarakat di daerah rumahku adalah orang-orang yang suka mencampuri urusan pribadi orang lain, dan aku tidak suka itu. Mereka selalu membicarakan hal buruk dari sisi orang lain, sedangkan hal baiknya selalu mereka anggap angin lalu. Bukan hanya aku, keluargaku pun tidak menyukai itu.
Di daerahku hampir kebanyakan menyombongkan diri dengan harta yang mereka punya, selalu ingin menjadi no satu dan menganggap dirinyalah yang paling sempurna. Dan itu yang paling ku benci, aku ingin masyarakat di sekitar lingkunganku bersikap biasa dan sewajarnya.
Alasan lainnya, yaitu aku adalah orang yang mudah percaya. Percaya pada omongan orang tanpa mencari tau apakah hal itu benar atau tidak adanya. Saking sering percayanya, aku sering kali juga di khianati oleh orang yang di sayang ataupun teman dekat. Makanya di kalangan tempat tinggalku, sekarang aku tidak punya sahabat dekat kecuali keluargaku sendiri dan beberapa orang yang aku anggap layak untuk di percaya.
Cara bermasyarakat di lingkungan rumahku, sangatlah aneh menurutku. Mereka memang sering sekali tolong menolong, atau mengerjakan hal  bersama-sama. Tapi kebanyakan itu yang melakukan adalah bapak-bapaknya sedangkan para ibu-ibunya kebanyakan dari mereka hanyalah duduk manis dan mengobrol atau istilah lainnya adalah menggosip.
Solusi yang aku harapkan sendiri di lingkungan rumahku adalah, sesama tetangga selalu menjaga nama baik tetangganya. Dan selalu membagi kebahagiaan di kala dirinya sedang bahagia. Dan tidak pernah mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa mengetahui permasalahan atau fakta yang sebenarnya.
Daerah rumahku memang tidak se-Kota Jakarta karena rumahku ada di salah satu pedalaman, tapi yang ku sukai karena suasananya masih asri karena masih banyak pepohonan. Meski di jalan raya sekarang sudah banyak berdiri pabrik-pabrik. Mungkin pabrik-pabrik itu membantu penduduk di daerahku karena semakin sedikit pengangguran. Tapi karena pabrik-pabrik itu juga banyak orang terutama teman-teman sekolahku yang lebih  memilih bekerja di pabrik daripada melanjutkan sekolah ke SMA misalnya.
Dengan modal nekat atau dengan cara memalsukan ijazah dan KTP mereka, mereka pun akhirnya berhasil bekerja di pabrik itu. Tapi tidak semuanya sengaja untuk bekerja, sebagian dari mereka bekerja karena sebuah kebutuhan. Mungkin karena keluarganya yang tidak meneruskan melanjutkan membiayai sekolah mereka dan akhirnya mereka terpaksa bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Jika menceritakan ini, aku sangat sedih. Karena aku ingat salah satu sahabatku, dia adalah orang yang pintar menurutku dan layak untuk melanjutkan sekolah di bangku kuliah daripada aku sekarang ini. Tapi mungkin karena keadaan, dia akhirnya harus bekerja. Walaupun dia selalu menonjolkan kebahagiaan saat sedang bersama tapi aku tau dia merasakan kesedihan karena dia juga ingin seperti kami “para sahabatnya yang lain”.
Banyak keuntungan dan kerugian sendiri karena adanya sebuah pabrik, menurutku keuntungannya hanya beberapa yaitu menurunkan tingkat pengagguran atau kemiskinan, terciptanya lahan pekerjaan, menambah devisa negara sedangkan kerugiannya hampir banyak, yaitu :
1.      Membuat anak berfikir bahwa lebih baik bekerja di banding sekolah.
2.      Makin banyaknya kejahatan, seperti penipuan. ( adanya pemakaian ijasah atau KTP palsu. )
3.      Pergaulan yang semakin bebas ( karena tidak ada larangan yang wajib di patuhi oleh para karyawan di dalam lingkungan pabrik, sehingga terbawa sampai ke lingkungan rumah. Walaupun tidak seemua para karyawan seperti itu)
4.      Polusi dari limbah pabrik membuat gersang. ( karena banyaknya penebangan pohon di sekitar pabrik atau jalan raya)
5.      Terjadinya kemacetan sehingga tingkat kecelakaan pun meningkat.
6.      Makin sempitnya lahan penduduk.
7.      Terlantarnya anak-anak dari asuhan ibunya. ( walaupun ibunya itu bekerja karena meingin mencukupi kebutuhan anaknya)
Jadi solusinya menurutku, para pengurus pabrik harus semakin jeli jika ada karyawan baru yang akan melamar, dengan memeriksa semua perdaftarannya misalnya apakah ijasah itu asli atau tidak. Sehingga anak di bawah umur tidak di pekerjakan. Atau dengan cara mengurangi pembangunan pabrik. Membuat jalan alternatif, lebih banyak melakukan penghijauan daripada melakukan penebangan. Mengubah lapangan pekerjaan misalnya ke pekerjaan yang tidak mengganggu polusi udara. Dan khusus ibu pastikan tetap memberikan perhatian di kala ada waktu senggang untuk bermain bersama anak atau keluarga.
Dan untuk menghindari anak yang masih di bawah umur supaya tidak bekerja, pemerintah mulai saat ini harus menambah pengeluaran untuk tidak hanya membantu siswa sampai sekolah 9 tahun atau SMP tapi mewajibkan 12 tahun atau SMA. Jadi anak-anak yang mungkin kekurangan finansial di kehidupannya bisa sedikit terbantu. Dan bisa merasakan sekolah di bangku SMA. Yang biasanya mendapatkan pengalaman banyak karena memang di SMA, kita lebih bisa mengetahui segala hal yang tidak bisa kita ketahui ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar