Lingkungan di era sekarang.
Kalau
membicarakan tentang bermasyarakat, aku adalah orang yang tidak terlalu ikut
campur tentang apa yang terjadi di masyarakat terutama di daerah tempat
tinggalku. Tapi aku tetap tau apa saja yang sedang terjadi di dalam masyarakat
sekitarku. Jujur, aku orang yang sangat lama sekali bersosialisasi di tempat
baru. Entah itu tempat tinggal, sekolah, atau lainnya. Tapi sebenarnya aku
adalah orang yang gampang sekali akrab jika memang sudah kenal di tambah orang
itu pun merespon baik terhadapku.
Sebenarnya
banyak alasan mengapa aku lebih memilih tidak bermasyarakat di daerahku, dulu
aku orangnya suka berbaur tapi suatu kejadian yang membuat aku tidak suka
bermasyarakat dengan orang-orang di daerahku kecuali memang hal itu penting dan
layak untuk di bicarakan bersama-sama. Kejadian itu yang membuat aku sekarang
seperti ini, entah hanya perasaanku atau apa, masyarakat di daerah rumahku
adalah orang-orang yang suka mencampuri urusan pribadi orang lain, dan aku
tidak suka itu. Mereka selalu membicarakan hal buruk dari sisi orang lain,
sedangkan hal baiknya selalu mereka anggap angin lalu. Bukan hanya aku,
keluargaku pun tidak menyukai itu.
Di daerahku
hampir kebanyakan menyombongkan diri dengan harta yang mereka punya, selalu
ingin menjadi no satu dan menganggap dirinyalah yang paling sempurna. Dan itu
yang paling ku benci, aku ingin masyarakat di sekitar lingkunganku bersikap
biasa dan sewajarnya.
Alasan lainnya,
yaitu aku adalah orang yang mudah percaya. Percaya pada omongan orang tanpa
mencari tau apakah hal itu benar atau tidak adanya. Saking sering percayanya,
aku sering kali juga di khianati oleh orang yang di sayang ataupun teman dekat.
Makanya di kalangan tempat tinggalku, sekarang aku tidak punya sahabat dekat
kecuali keluargaku sendiri dan beberapa orang yang aku anggap layak untuk di
percaya.
Cara
bermasyarakat di lingkungan rumahku, sangatlah aneh menurutku. Mereka memang
sering sekali tolong menolong, atau mengerjakan hal bersama-sama. Tapi kebanyakan itu yang
melakukan adalah bapak-bapaknya sedangkan para ibu-ibunya kebanyakan dari
mereka hanyalah duduk manis dan mengobrol atau istilah lainnya adalah
menggosip.
Solusi yang aku
harapkan sendiri di lingkungan rumahku adalah, sesama tetangga selalu menjaga
nama baik tetangganya. Dan selalu membagi kebahagiaan di kala dirinya sedang
bahagia. Dan tidak pernah mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa mengetahui
permasalahan atau fakta yang sebenarnya.
Daerah rumahku
memang tidak se-Kota Jakarta karena rumahku ada di salah satu pedalaman, tapi
yang ku sukai karena suasananya masih asri karena masih banyak pepohonan. Meski
di jalan raya sekarang sudah banyak berdiri pabrik-pabrik. Mungkin
pabrik-pabrik itu membantu penduduk di daerahku karena semakin sedikit
pengangguran. Tapi karena pabrik-pabrik itu juga banyak orang terutama
teman-teman sekolahku yang lebih memilih
bekerja di pabrik daripada melanjutkan sekolah ke SMA misalnya.
Dengan modal
nekat atau dengan cara memalsukan ijazah dan KTP mereka, mereka pun akhirnya
berhasil bekerja di pabrik itu. Tapi tidak semuanya sengaja untuk bekerja,
sebagian dari mereka bekerja karena sebuah kebutuhan. Mungkin karena
keluarganya yang tidak meneruskan melanjutkan membiayai sekolah mereka dan
akhirnya mereka terpaksa bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Jika
menceritakan ini, aku sangat sedih. Karena aku ingat salah satu sahabatku, dia
adalah orang yang pintar menurutku dan layak untuk melanjutkan sekolah di
bangku kuliah daripada aku sekarang ini. Tapi mungkin karena keadaan, dia akhirnya
harus bekerja. Walaupun dia selalu menonjolkan kebahagiaan saat sedang bersama
tapi aku tau dia merasakan kesedihan karena dia juga ingin seperti kami “para
sahabatnya yang lain”.
Banyak
keuntungan dan kerugian sendiri karena adanya sebuah pabrik, menurutku
keuntungannya hanya beberapa yaitu menurunkan tingkat pengagguran atau
kemiskinan, terciptanya lahan pekerjaan, menambah devisa negara sedangkan
kerugiannya hampir banyak, yaitu :
1.
Membuat anak berfikir
bahwa lebih baik bekerja di banding sekolah.
2.
Makin banyaknya
kejahatan, seperti penipuan. ( adanya pemakaian ijasah atau KTP palsu. )
3.
Pergaulan yang semakin
bebas ( karena tidak ada larangan yang wajib di patuhi oleh para karyawan di
dalam lingkungan pabrik, sehingga terbawa sampai ke lingkungan rumah. Walaupun
tidak seemua para karyawan seperti itu)
4.
Polusi dari limbah
pabrik membuat gersang. ( karena banyaknya penebangan pohon di sekitar pabrik
atau jalan raya)
5.
Terjadinya kemacetan
sehingga tingkat kecelakaan pun meningkat.
6.
Makin sempitnya lahan
penduduk.
7.
Terlantarnya anak-anak
dari asuhan ibunya. ( walaupun ibunya itu bekerja karena meingin mencukupi
kebutuhan anaknya)
Jadi solusinya
menurutku, para pengurus pabrik harus semakin jeli jika ada karyawan baru yang
akan melamar, dengan memeriksa semua perdaftarannya misalnya apakah ijasah itu
asli atau tidak. Sehingga anak di bawah umur tidak di pekerjakan. Atau dengan
cara mengurangi pembangunan pabrik. Membuat jalan alternatif, lebih banyak
melakukan penghijauan daripada melakukan penebangan. Mengubah lapangan
pekerjaan misalnya ke pekerjaan yang tidak mengganggu polusi udara. Dan khusus
ibu pastikan tetap memberikan perhatian di kala ada waktu senggang untuk bermain
bersama anak atau keluarga.
Dan untuk
menghindari anak yang masih di bawah umur supaya tidak bekerja, pemerintah mulai
saat ini harus menambah pengeluaran untuk tidak hanya membantu siswa sampai
sekolah 9 tahun atau SMP tapi mewajibkan 12 tahun atau SMA. Jadi anak-anak yang
mungkin kekurangan finansial di kehidupannya bisa sedikit terbantu. Dan bisa
merasakan sekolah di bangku SMA. Yang biasanya mendapatkan pengalaman banyak
karena memang di SMA, kita lebih bisa mengetahui segala hal yang tidak bisa
kita ketahui ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah
Pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar