Sahabat adalah keluarga kedua bagiku.
Jujur, aku
memang manusia teregois di dunia ini, mungkin. Tapi aku juga adalah seorang
remaja yang suka mempunyai banyak teman terutama sahabat. Dan sahabat bagiku
adalah rumah kedua untuk berbagi keluh kesah. Walaupun aku mengakui aku adalah
orang yang egois dan tidak pernah mau mengerti perasaan orang lain. Tapi
sebenarnya aku sangat bisa memahami
perasaan seorang sahabat yang sangat dekat denganku. Sekarang aku mempunyai 4
orang sahabat dekat. Mereka teman-teman terbaikku di SMA sampai sekarang,
walaupun sekarang kami berpisah-pisah tempat. Seperti aku yang pindah ke
Bekasi, Nurul di Purwakarta dan kedua sahabatku lainnya Ipah dan Hani yang
menetap di Subang, tapi walaupun mereka satu Kota. Mereka beda kegiatan. Ipah
yang sudah sibuk dengan pekerjaannya dan Hani yang sibuk dengan tugas kampusnya
seperti aku dan Nurul.
Kami berempat
dekat sejak menduduki bangku kelas X semester 2. Yaa tapi kalau aku dan Hani
adalah teman dari kita duduk di Sekolah Dasar. Kedekatan kami berawal karena
kami satu kelas di kelas X bersama Nurul dan Ipah.
Awalnya aku dan
Hani berbeda grup waktu di SD, dan aku juga tidak suka Hani soalnya dia waktu
di SD adalah orang yang suka mem-bully temannya termasuk aku. Walaupun sekarang
sudah berbeda jaman, karena sekaarang akulah yang sering mem-bully dia.
Sedangkan dengan Nurul, waktu masa orientasi siswa. Aku sempat melihatnya
sekilas, begitupun dia katanya. Saat itu aku sangat melihat benci terhadap
Nurul karena dia pun menatap benci dan aneh terhadapku. Tapi entah jodoh atau
tidak kami di satu kelaskan akhirnya. Karena merasa penasaran pula aku pun
suatu hari menanyakan hal itu terhadap Nurul. Dan dia menjawab “ aku aneh
melihat model rambutmu Nik “. Whahaha aku tertawa terbahak-bahak mendengar
jawabannya, yaa memang rambutku Ikal (keriting sedikit) dan sengaja di potong
pendek saat itu. Jadi wajar saja jika dia merasa aneh.
Dan begitupun
sebaliknya dia bertanya mengapa aku menatapnya sinis waktu itu, dengan
entengnya aku menjawab “ karena gaya kerudung kamu yang mirip anak SD “. Kami
berempat pun tertawwa bersama-sama. Dan sedangkan Ipah, dari awal aku tidak
pernah merasakan keanehan kepadanya. Kami dekat pun karena awalnya dia adalah
teman duduk Nurul.
Sejak itu
persahabatan kami makin utuh, walaupun sering banyak perbedaan yang membuat
kami berselisih paham terutama aku dan Nurul, yang sama-sama mempunyai sifat
egoisme yang tinggi. Tapi semakin hari aku mengenal mereka semakin dalam juga
rasa sayangku terhadap mereka. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang di
berikan oleh Allah karena telah memberikan sahabat seperti mereka. Maka dari
itu sampai sekarang aku selalu menjaga dan menyayangi mereka. Dan bahagianya
mereka juga melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan.
Tapi sebenarnya
semua itu hampir berubah, saat kami terpisah-pisah sekarang ini. Mungkin mereka
mempunyai kesibukan masing-masing jadinya tidak punya waktu untuk berkumpul
bersama lagi seperti waktu di jaman SMA. Karena waktu itu setiap pulang sekolah
kami selalu kumpul entah mengerjakan tugas bersama atau sekedar main di
basecamp kami yaitu rumahku.
Banyak
kenangan-kenangan yang tidak bisa terlupakan bersama mereka dan tidak bisa
terulang kedua kalinya. Aku pun tidak mau kehilangan sahabat seperti mereka.
Mereka adalah anugrah terbesar kedua setelah keluargaku. Dan mereka pula yang
mengerti semua perasaan dan keluh kesahku.
Walaupun dari
empat orang ini aku lah yang masih muda dalam umur, tapi karena memang badanku
yang paling tinggi dan besar maka banyak juga yang menganggap ku kaka dari
mereka. Kadang-kadang aku senang jika ada yang bicara seperti itu tapi kang
pula aku marah, karena aku benci di bilang tua.
Perbedaan yang
menonjol di persahabatan kami yang di namakan “makfour” yang artinya
empat para “emak” sangatlah banyak. Misalnya dari aku adalah aku orang yang
paling iri terhadap Hani, walaupun umurnya yang paling tua di antara kami tapi
wajahnya dan sikapnya itu membuat dia terlihat seperti maknae (yang paling muda
dalam bahasa Korea) di kelompok kami. Sedangkan terhadap Nurul, aku
kadang-kadang ingin seperti dia. Orangnya simple, pede, dan juga pinter. Dan
terakhir Ipah, aku suka dengan kepinterannya dalam bidang Science maka dari itu
aku pun suka merasa galau jika mengadu kebisaan di bidang tersebut.
Dalam masalah
pelajaran aku mungkin di bawah mereka, begitupun dalam masalah cinta. Awalnya
ku dan Hani lah dua orang yang setia menjomblo. Sedangkan Ipah dan Nurul sudah
memiliki dambaan hati masing-masing. Tapi tidak sekarang, Hani sekarang beda
dengan Hani dulu. dia sekarang nampak seperti remaja seusianya yang mempunyai
pacar malah dia juga mempunyai banyak fans dari kalangan anak kecil seusia
adikku sampai kaka kelas.
Pernah suatu
hari aku dan Hani menyukai kaka kelas yang sama. Dia adalah kaka kelas yang
terlihat manis di tambah dengan gigi kelincinya itu. Yaa walaupun pada akhirnya
Hani is the winner.
Tapi aku boleh
sedikit berbangga jika dalam hal olahraga, yaa diantara kami berempat aku lah
yang paling pandai berolah raga entah bermain futsal, basket, volly, renang,
atau ekskul seperti Taekwondo. Dan itulah satu-satunya yang aku banggakan di
antara keahlian mereka lainnya.
Persamaan kami
pun tak kalah banyaknya, kami sama-sama suka menonton film. Yaa kegiatan kami
itulah sepulang sekolah. Selalu menyewa sebuah kaset film di sebuah rental lalu
menontonnya sampai menjelang sore. Entah sudah berapa puluh kaset yang sudah
kami tonton. Dari film Indonesia, barat sampai Korea.
Bukan hanya
menonton, persamaan kami yang sama lagi yaitu sama-sama suka sekali makan.
Walaupun berat badan Ipah lah yang tidak pernah naik, sedangkan tiga orang
lainnya. Alhamdulillah selalu bertambah jika sedang di timbang.
Jika harus
menceritakan tentang mereka, entah berapa lembar halaman yang akan tertulis.
Tapi yang pasti aku sangat bahagia memiliki sahabat seperti mereka. Dan aku
kangen masa-masa bersama mereka lagi.
I Miss U
Makfour.
All of you is the
best friends.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar