Taylor Swift

Senin, 05 November 2012

KERETA API, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH

KERETA API, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH

Perjalanan dari Bekasi-Depok adalah perjalanan yang sangat menyenangkan dan juga melelahkan. Berangkat dari Bekasi selesai pulang pratikum di kampus J1 Gunadarma. Berangkat deng Lulu dan Dyna dan hanya dengan modal nekat. Karena kami bertiga belum pernah ke Depok menggunakan kereta. Setelah memberi karcis, ternyata kereta kami datang. Kami yang bingung harus kemana jadi berlarian karena para pemeriksa tiket bilang “ayoo cepat-cepat, kereta tidak berhenti lama” *seperti lagu anak-anak. 
Kami pun berlarian menuju kereta. Dan tanpa basa-basi melihat kereta yang sudah siap-siap berangkat kami langsung loncat satu-persatu ke pintu kereta yang belum tertutup. (*seperti di drama-drama korea saat adegan actionnya )
 Di kereta kami memilih kereta Commuter, kereta yang katanya adalah kereta khusus wanita. Tapi kenyataannya TIDAK. Masih saja remaja laki-laki atau bapak-bapak yang menggunakan fasilitas ini, dan anehnya tidak ada yang melarang ataupun memarahi. Padahal sudah tau bahwa kereta itu hanya khusus wanita.
Saat di perjalanan menuju Depok, saya berdiri dan melihat keadaan di sekitar pinggir-pinggir jalan kereta yang saya lewati. Begitu tragis menurut perasaan saya. Yaa saya melihat banyak hal-hal yang nggak patut di perlihatkan di negeri yang sudah merdeka seperti Indonesia ini. Yang di bingungkan kenapa hanya rumah-rumah penduduk kecil saja yang berada di pinggir jalan kereta, kemana kah rumah-rumah yang megah lainnya ?
Di tambah apakah pemerintah tidak melihat keadaan tersebut ? apakah pemerintah hanya sibuk dengan urusan keluar negeri yang katanya mengurus urusan negara ? saya bingung apa yang di kerjakan seorang pemerintah. Kenapa pemerintah kita tidak seperti pemerintah di negara lain. Negara lain pemerintahnya akan mengundurkan diri jika dia sudah merasa banyak masalah dalam negara yang di pimpinnya. Tapi tidak dengan negara kita, entah kenapa pemerintah kita seperti tidak merasa kejadian-kejadian yang sudah terjadi seperti di tahun ini banyak pesawat-peasawat jatuh, kebakaran, banjir dan juga tawuran atau bentrok dimana-mana.

Sesampainya di Depok, kami langsung membeli buku setelah itu berjalan-jalan di sekitar kampus Gunadarma Margonda sebari beristirahat menghilangkan rasa lelah karena dari Bekasi kami semua berdiri di dalam kereta.
Sekitar jam 14.45 kami pun kembali lagi ke stasiun Pondok Cina, setelah membeli karcis. Karena kereta commuter belum datang kami menunggu di stasiun sebari melihat mahasiswa yang sedang mengamen di stasiun. Baru 10 menit kami menunggu di stasiun, tiba-tiba ada seseorang yang teriak di stasiun. Saya yang bingung karena sedari tadi terfokus pada handphone melirik ke orang yang berteriak itu. Setelah mencari tau kenapa dia berteriak, ternyata tadi dari arah selatan baru saja kereta commuter jurusan Bogor melaju meninggalkan stasiun lalu ada seorang laki-laki yang akan menyebrang dan entah dia tidak mendengar pengumuman dia menyebrang asal padahal kereta barang dari arah yang berlawanan akan lewat dan melaju cepat karena tidak berhenti di stasiun Pondok Cina.
Laki-laki itu pun yang kaget dan terpental ke pagar stasiun, oleh sebab itu seseorang itu berteriak karena merasa kaget meihat seseorang hampir tertabrak kereta. Mungkin secara logika kita pasti akan menyalahkan laki-laki yang menyebrang asal itu, tapi sebenarnya tak sepenuhnya laki-laki itu di salahkan. Karena seharusnya pengamanan di stasiun semakin di tingkatkan, jika tidak di beri papan batas jika kita mengetahui ada kereta atau tidak. Tapi bukan hanya di stasiun saja, papan batas pun di perlukan di setiap jalan yang akan melintasi jalan rel kereta karena tak semuanya memakai papan batas.
Dan untuk ini, siapa lagi yang akan di salahkan ? rakyat ? pemerintah ? entahlah hal ini belum bisa di pecahkan oleh siapapun.
Akhirnya kereta commuter jurusan Bekasi datang, tapi waww padat banget penunpangg di dalamnya. Dyna yang sudah masuk lebih awal pun mendapatkan tempat sedangkan saya dan Lulu berlari ke gerbong yang lain mencari tempat. Setalah saya mendapat tempat, Lulu balik lagi ke gerbong dimana ada Dyna-nya. Saya pun lari dan loncat ke gerbong yang ada Lulu dan Dyna karena sebentar lagi akan tertutup pintunya. Hushh hampir saja.
Sebenarnya saya nggak bakal mengikuti Lulu dan Dyna ke gerbong ini, tapi apa daya karcisnya di pegang oleh Dyna semua. Makanya saya bingung mesti ada di gerbong mana sedangkan semua gerbong sudah padat sangat. Kejadian seperti ini kedua kalinya saya rasakan, pertama saat saya sedang liburan ke Jawa bersama abang lagi-lagi kedapatan kereta yang sudah penuh sesak tapi tetap saja masih mau menaiki penumpang. Muungkin itu wajar karena kami naik kereta ekonomi yang semuanya berbaur dan tercampur. Sampai-sampai ada yang berdiri di pintu atau naik di atas gerbong. Entah bagaimana nasib mereka jika sampai terpeleset dan jatuh dari atas gerbong.
Lagi-lagi siapa yang akan di salahkan ? rakyat yang bandel karena nekat dengan memaksakan duduk di atas gerbong ? atau pemerintah yang tidak memperdulikan hal itu ? dan apa yang akan di lakukan untuk menghindari hal tersebut ?

Mungkin solusi yang terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah, penambahan gerbong atau kereta. Lalu di adakannya kereta khusus laki-laki supaya mereka tidak memakai fasilitas kereta wanita seperti saat ini. Di tambah makin banyaknya pengamanan seperti papan batas entah di stasiun itu sendiri atau di jalan-jalan yyang di lalui kereta apai. Begitupun untuk orang-orang yang tinggal di pinggir rel kereta api, di harapkan kalau bisa di beri lahan untuk mereka pindah supaya tempat tinggal mereka tidak berbahaya seperti sekarang ini.
Solusi yang lebih utama adalah kesadaran rakyatnya untuk menjaga dan menaati peraturan yang ada, tapi lebih penting laginya adalah pemerintah turun tangan sendiri untuk membuat rakyatnya bahagia dan merasa aman. Bukan hanya bisa menyuruh DPR atau kalangannya. Karena toh sekarang para DPR-nya sendiri sedang sibuk dengan menutupi kejelekan masing-masing dan membeberkan kesalahan orang lain seperti masalah korupsi yang sekarang lagi buming di negara kita Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar